Sunday, August 22, 2010

Haruskah Ada Kata Perceraian ?

Semua pasangan pasti menginginkan pernikahannya bahagia dan langgeng seumur hidup. Namun kenyataannya setelah beberapa tahun menikah, nampaknya semua harapan tersebut hancur berantakan dan perceraian pun berada di ambang mata. Yang lebih membingungkan, Anda sendiri mungkin tidak tahu apa alasan sebenarnya yang menjadikan kehidupan perkawinan Anda tersebut hancur berantakan.


Saat Anda mencoba untuk menyembuhkan rasa sakit hati dan menentukan apa yang harus dilakukan, mungkin Anda melihat perceraian sebagai jalan keluar yang tepat. Jalan tersebut mungkin Anda ambil setelah berpikir segala macam hal seperti "Anda menikah dengan orang yang salah", "Anda merasa terlalu muda saat menikah", "Anda tidak pernah benar-benar mencintai pasangan Anda", "Pasangan Anda kurang komunikasi", maupun alasan-alasan lainnya yang membuat Anda merasa tidak ada jalan lain lagi.


Namun hati-hati, jangan sampai Anda mengambil keputusan saat sedang berada dalam pikiran yang kalut atau emosi, karena bisa jadi Anda akan menyesalinya kemudian hari nanti. Sebelum mengambil keputusan yang sangat penting bagi Anda dan seluruh keluarga, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut agar Anda tidak salah mengambil langkah dan siap menghadapi tantangan hidup pasca perceraian.


Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa sebenarnya pernikahan yang berakhir dengan perceraian umumnya memiliki tingkat kebahagiaan dan konflik yang menengah, dengan skala 6 dari 10. Dengan kata lain, secara fisik maupun emosional sebenarnya cukup layak untuk dipertahankan asalkan dapat meningkatkan kualitas pernikahan mereka dengan mengubah beberapa hal yang kecil dan mendasar, serta mengusahakannya bersama-sama.


Harapan hidup pada orang-orang yang bercerai lebih rendah dibandingkan dengan orang-orang yang melajang maupun yang telah menikah. Justru orang-orang yang berada dalam ikatan pernikahan mempunyai harapan hidup yang paling panjang.


Penelitian lain mengungkapkan bahwa pasangan yang sebenarnya tidak senang dengan kehidupan perkawinannya saat ini, cenderung akan mendapatkan kebahagiaan dalam waktu lima tahun mendatang dibandingkan dengan kesedihan yang mereka dapatkan jika melakukan perceraian.


Perceraian ternyata berdampak buruk pada kesehatan, baik fisik maupun mental. Orang-orang yang didiagnosis kanker lebih mungkin pulih saat mereka masih menikah dibandingkan jika mereka bercerai. Selain itu biasanya pasangan yang bercerai mengalami penurunan mental seperti depresi, penerimaan diri, menghambat pengembangan kepribadian serta merusak hubungan positif dengan orang lain, terutama pada wanita. Hal ini menunjukkan bahwa trauma emosional pasca perceraian memiliki dampak pada kesehatan tubuh juga mental.
Seringkali perceraian dianggap sebagai jalan untuk mengakhiri pertempuran dan membereskan masalah, serta menjadikan pernikahan berikutnya sebagai obat penyembuh luka. Namun ternyata hal tersebut tidak selamanya benar, karena pernikahan berikutnya yang dilakukan setelah perceraian memiliki resiko yang lebih tinggi untuk bercerai dibandingkan pernikahan pertama. Faktor-faktor yang menyebabkan perceraian pertama akan terus menghantui pada pernikahan berikutnya, sehingga nantinya Anda akan berusaha untuk menghindar dan seolah dikejar-kejar oleh hal-hal tersebut.


Perceraian juga akan menyebabkan hubungan yang buruk antara orangtua dan anak. Namun yang lebih mengkhawatirkan lagi, anak-anak dari keluarga broken home lebih banyak yang memiliki kelakuan menyimpang dan berpotensi menjadi kriminal karena kehilangan salah satu sosok orangtua, baik ayah maupun ibu. Selain itu, mereka juga biasanya terpuruk dalam hal akademis di sekolah dan tertinggal dari teman-temannya yang berasal dari keluarga harmonis.


sumber : http://www.melindahospital.com